PEMAHAMAN
SUSUNAN KIMIA PEMBERSIH
Pada dasarnya susunan kimia dalam pembersih terdiri dari 2 unsur
asam dan basa yang mudah dikenal dengan asin dan asam atau dengan rumus kimia
Na ( Natrium atau Sodium) dan dan asam atau acid yang biasanya diawali dengan
rumus H. Dengan 2 unsur tersebut kita harus mengenal media yang
dibersihkan, noda atau kotoran pendukung pada media dan sifat unsur asam dan
basa yang tepat pada media yang dibersihkan
Unsur tersebut terdiri dari beragam rumus kimia.
Rumus kimia
terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Rumus molekul
Rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom dari
unsur yang menyusun satu molekul senyawa. Sehingga rumus molekul menyatakan
susunan dari molekul zat. Misalnya, rumus molekul air adalah H2O, artinya dalam
satu molekul air terdapat dua atom hidrogen dan satu atom oksigen.
2. Rumus empiris
Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil
atom-atom dari unsur yang menyusun suatu senyawa. Rumus kimia senyawa ion
merupakan rumus empiris. Misalnya, natrium klorida merupakan senyawa ion yang
terdiri atas ion Na+ dan ion Cl- dengan perbandingan 1:1. Rumus kimia natrium
klorida adalah NaCl. Pada kondisi lain, sebagian uinsur-unsur ada yang
membentuk molekul-molekul.
Rumus kimia unsur-unsur ini tidak digambarkan hanya dengan lambang
unsurnya, melainkan unsur beserta jumlah atom yang terbentuk. Misalnya, rumus
kimia gas oksigen, yaitu O2, artinya rumus kimia gas oksigen terdiri atas
molekul-molekul oksigen yang dibangun oleh dua atom oksigen. Semua senyawa
memiliki rumus empiris. Senyawa molekul memiliki rumus molekul selain rumus
empiris. Pada banyak senyawa, rumus molekul sama dengan rumus empirisnya.
Senyawa ion hanya memiliki rumus empiris
MENGENAL LARUTAN
( Asam Basa dan Garam )
Larutan adalah campuran yang homogen, tersusun dari pelarut
(solvent) dan zat terlarut (solute). Contoh larutan adalah sabun mandi, sabun
cuci, penghilang noda, sirup, cuka, soda kue, dan garam dapur.
Pelarut yang banyak digunakan adalah air. Senyawa lain yang bisa
digunakan sebagai pelarut adalah pelarut organik, contoh kloroform dan alkohol.
Dalam larutan, ukuran zat terlarut sangat kecil, diameter kurang dari 1
nanometer. Bahkan tidak bisa dilihat dengan mikroskop ultra. Maka, larutan
terlihat serba sama (homogen) sehingga zat terlarut dan pelarut dalam larutan
tidak dapat dibedakan. Larutan dapat dikelompokkan menjadi larutan asam, basa
dan garam.
Pemanfaatan secara luas larutan asam dan basa antara lain untuk
industri, pertanian, kesehatan, dan penelitian di laboratorium. Berikut ini
penjelasannya: Larutan asam Asam banyak ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran
seperti jeruk, lemon, tomat, dan sayuran.
Contoh larutan asam adalah cuka, aki kendaraan bermotor, dan asam
pada lambung manusia.
A.
Asam / Acid
Ciri-ciri atau
tanda dari larutan asam adalah:
·
Rasanya asam (tidak boleh dirasa kecuali dalam makanan)
·
Dapat menimbulkan korosif
·
Mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.
Larutan asam bisa menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan. Contoh hujan asam berakibat kerusakan pada bangunan
gedung dan patung-patung di kota, merusak tumbuh-tumbuhan, mengganggu kehidupan
makhluk hidup lain seperti ikan dan insektisida. Contoh larutan basa adalah
sabun mandi, pasta gigi, sampo, sabun cuci, obat maag, dan pupuk.
A.1. Jenis Jenis Asam
1.
Asam klorida (HCl) Hydrochloric Acid dengan rumus kimia HCl adalah asam kuat
yang sangat bersifat korosif. HCl biasanya digunakan di industry untuk
pemurnian besi dan juga untuk membersihkan peralatan rumah tangga hingga kolam
renang.
2.
Asam iodida (HI) Hydrogen Iodida memiliki rumus kimia HI adalah asam kuat yang
sangat korosif dan merupakan agen pereduksi yang kuat. HI digunakan sebagai
katalis untuk mencepat reaksi kimia, desinfektan untuk membunuh kuman, dan
produksi berbagai macam obat.
3.
Asam sulfat (H2SO4) Sulfuric Acid digunakan sebagai larutan dalam baterai aki
(accu), pembuatan pupuk, deterjen, obat-obatan, dan bahan peledak.
4.
Asam nitrat (HNO3) Nitric Acid digunakan dalam pembuatan pupuk, ammonia dan
bahan peledak TNT.
5.
Asam klorat (HClO3) Chloric Acid digunakan sebagai reagen dalam pembentukan
berbagai macam senyawa kimia.
6.
Asam bromida (HBr) Hydrogen Bromida juga digunakan sebagai katalisator dalam
pembentukan berbagaimacam senyawa kimia.
7.
Asam perklorat (HClO4) Perchloric Acid digunakan sebagai katalis ataupun reagen
dalam pembentukan senyawa kimia, bahan bakar roket, dan juga pembuatan bahan
peledak.
8.
Asam Asetat (CH3COOH) Acetic Acid adalah cuka makanan yang ditemukan dalam
berbagai jenis makanan asam.
9.
Asam Borat (H3BO3) Boric Acid digunakan digunakan sebagai desinfektan,
antiseptik, dan pestisida.
10.
Asam Karbonat (CH2O3) Carbonic Acid adalah pembentuk gua batu kapur dengan
stalaktit dan stalagmit yang indah.
11.
Asam Sitrat (C6H7O8) Citric Acid digunakan dalam pembuatan krim dan lotion,
penyedap dan pengawet makanan, dan terkandung secara alami dalam buah jeruk.
12.
Asam Hidrofluorat (HF) Hydroflouric Acid digunakan untuk membentuk senyawa
fluor, pembuatan bensin, dan juga alumunium.
13.
Asam Oksalat (H2C2O4) Oxalic Acid digunakan sebagai agen reduksi dalam industri
kimia, pemutih pakaian, dan pembersih logam dari karat.
14.
Asam Fosfat (H3PO4) Phosporic Acid digunakan dalam pembuatan semen gigi, reagen
dalam industri kimia, dan penyedap makanan
15.
Asam
Karboksilat (R−CO2H)
Carboxilic Acidadalah golongan asam
organik alifatik yang asam karboksilat) adalah golongan asam organik alifatik
yang memiliki gugus karboksil (biasa dilambangkan dengan -COOH). Semua asam
alkanoat adalah asam lemah.
16.
Asam Oleat (C18H34O2)
Oleic Acid merupakan asam lemak tak jenuh yang
banyak dikandung dalam minyak zaitun. Selain minyak zaitun juga terdapat pada
limbah industri sawit, yaitu lumpur sawit Asam ini tersusun dari 18 atom C
dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10
17.dll
B.
Basa
Ciri-ciri atau
sifat basa adalah:
·
Terasa licin di kulit
·
Berasa agak pahit
·
Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
Larutan asam sering direaksikan dengan larutan basa sehingga
menghasilkan senyawa netral atau dikenal dengan reaksi netralisasi. Larutan
basa akan menetralkan larutan asam dan yang membentuk air (H2O) serta
menghasilkan garam. Contoh penerapan reaksi netralisasi dalam kehidupan
sehari-hari adalah untuk pengobatan bagi penderita sakit maag, pengobatan untuk
sengatan serangga, melindungi kerusakan gigi, dan pengolahan tanah pertanian
C.
Garam
Senyawa garam terbentuk karena reaksi netralisasi yaitu reaksi
asam dan basa. Contoh reaksi asam dan basa yang membentuk berbagai jenis garam
adalah: HCl + NaOH -> NaCL + H2O Asam klorida + Natrium Hidroksida ->
Garam NaCl + air Jenis senyawa garam yang paling dikenal adalah garam dapur
dengan nama senyawa kimia Natrium Klorida (NaCl). Penggunaan garam dalam
kehidupan sehari-hari adalah untuk industri pupuk, obat-obatan, pengolahan
makanan dan bahan pengawet
Senyawa adalah zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi dua jenis
atau lebih zat yang lebih sederhana dengan cara kimia. Senyawa terdiri atas dua
buah unsur atau lebih dan masih dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Senyawa
terbentuk melalui proses pencampuran zat secara kimia, pembakaran atau
penguraian (dekomposisi) secara termal atau elektrik Contoh senyawa adalah air,
gula, garam, asam cuka, dan lain-lain. Air memiliki rumus H2O. Air dapat
diuraikan menjadi unsur Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2). Sifat suatu senyawa
akan berbeda dengan unsur-unsur atau komponen-komponen penyusunnya. Contoh
sifat air berbeda dengan sifat unsur-unsur pembentuknya yaitu Hidrogen dan
Oksigen. Air bisa memadamkan api. Hidrogen adalah zat yang mudah terbakar.
Oksigen justru dibutuhkan untuk pembakaran.
C.1.
Jenis-Jenis Natrium
1. Natrium Klorida (NaCl) Sodium
Chloride
Natrium
klorida seringkali dilambangkan dengan NaCl dan menjadi salah satu senyawa
natrium yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Pembuatan natrium klorida
biasanya dihasilkan dari garam dapur ataupun garam batu. Natrium klorida juga
sering digunakan untuk pengawetan ikan dan menjadi bumbu masak rumah tangga.
2. Natrium Hidroksida (NaOH) Sodium
Hydroxide
Natrium
jenis ini sering digunakan untuk industri sabun, pemurnian minyak bumi,
industri tekstil, industri plastik, industri detergen dan industri besar
lainnya.
3. Natrium Karbonat (Na₂CO₃) Sodium Carbonate
Natrium
jenis ini sering digunakan untuk pembuatan kaca, pembuatan kertas, pembuatan
pulpen dan natrium ini dihasilkan dari sumber yang berasal dari alam yaitu
trona.
4. Natrium Bikarbonat (NaHCO₃) Sodium Bicarbonate)
Natrium
bikarbonat digunakan untuk soda kue dan natrium ini dihasilkan dari proses
solvey. Natrium ini sangat cocok untuk campuran kue atau menjadi campuran
adonan kue.
5. Natrium Sulfat (Na₂SO₄) Sodium
Sulfate
Natrium
Sulfat adalah sebuah natrium yang dihasilkan dari campuran natrium klorida
dengan asam sulfat yang sangat pekat dan natrium ini sering digunakan untuk
membuat kertas.
6.
dll
Susunan
Pendiri Sabun Pembersih
Surfaktan, Active Ingredient, Builder, Filler dan Additives.
1.
Surfaktan
Komponen penting deterjen adalah surfaktan. Fungsi surfaktan
adalah untuk meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak
dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan
mensuspensikan kotoran yang telah terlepas.
Surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah linear
alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium
kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat,
alkil sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel bermuatan
negatif, memiliki daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa banyak
(biasanya digunakan untuk pencuci kain dan pencuci piring). Etoksilat, tidak
berubah menjadi partikel yang bermuatan, busa yang dihasilkan sedikit, tapi dapat
bekerja di air sadah (air yang kandungan mineralnya tinggi), dan dapat mencuci
dengan baik hampir semua jenis kotoran.
Senyawa-senyawa amonium kuarterner, berubah menjadi partikel
positif ketika terlarut dalam air, surfaktan ini biasanya digunakan pada pelembut
(softener). Imidazolin dan betain dapat berubah menjadi partikel positif,
netral atau negatif bergantung pH air yang digunakan. Kedua surfaktan ini cukup
kestabilan dan jumlah buih yang dihasilkannnya, sehingga sering digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga.
Jenis-jenis
surfaktan yang umumnya kita temukan :
·
Alkyl benzene
sulfonate (ABS)
Umumnya deterjen menggunakan jenis deterjen ABS, ABS memiliki
keampuhan yang kuat serta busa yang banyak, sehingga menjadikan ABS sebagai
surfaktan yang efektif namun di sisi lain berpengaruh pada lingkungan karena
sulit untuk didegradasi atau larut.
Kita pasti pernah lihat kan ketika mencuci pakaian tapi busa tidak
segera hilang? Apabila terlalu banyak busa atau terlalu banyak deterjen yang
digunakan dapat berakibat buruk pada ekosistem serta menyumbatnya saluran air.
·
Sodium
Laureth Sulfate dan Sodium Lauryl Sulfate
Kedua jenis surfaktan ini umumnya dapat kamu temukan pada produk
sabun mandi dan kosmetik.
Coba kita cek kembali label komposisi pada sabun cuci muka dan
sabun mandi apakah terdapat salah satu dari jenis surfaktan ini?
Keduanya berfungsi merubah cairan menjadi busa dan efektif untuk
membersihkan kalut.
Sodium laureth sulfate diklaim memiliki kemampuan membersihkan
yang lebih lembut dibandingkan dengan sodium lauryl sulfate.
Pada sejumlah orang, sodium lauryl sulfate tidak cocok bagi mereka
yang memiliki kulit sensitif dan kering.
Meskipun demikian, kedua surfaktan ini cenderung aman, namun dalam
penggunaannya harus diperhatikan dengan kebutuhan diri sendiri.
·
Cocamide DEA
Hampir sama dengan fungsi SLS dan SLeS di atas, Cocamide DEA
merupakan salah satu jeni surfaktan dari kelompok non-ionik.
Biasanya dapat kita temukan pada produk mandi serta agen
pengemulsi dalam komestik.
Penggunaan Cocamide DEA juga dapat menimbulkan iritasi bagi mereka
yang memiliki kulit sensitif.
·
Alkane
Sulfonates (SAS)
Alkane Sulfonates atau SAS merupakan surfaktan yang berasal dari
kelompok anionik. Surfaktan dengan jenis ini juga dapat kamu temukan pada
sejumlah deterjen.
SAS sendiri memiliki kemampuan biodegradasi yang lebih baik dan
lebih cepat dibanding ABS. Oleh maka itu SAS memiliki harga jual yang lebih
mahal dibanding ABS.
2.
Bahan Aktif
(Active Ingredient)
Bahan aktif merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini
harus ada dalam proses pembuatan deterjen. Secara kimia bahan ini dapat berupa
sodium lauryl sulfonate (SLS). Beberapa nama dagang dari bahan aktif ini
diantaranya Luthensol, Emal, dan Neopelex (NP). Di pasar beredar beberapa jenis
Emal dan NP, yaitu Emal-10, Emal-20, Emal-30, NP-10, NP-20, dan NP- 30. Secara
fungsional bahan aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri
dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak.
3.
Bahan Pengisi
(Filler)
Filler adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai
kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas, contoh : Sodium
sulfate. Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.
Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku deterjen semat-mata ditinjau
dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi deterjen digunakan
sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu
tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih,
berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.
4.
Bahan
Penunjang (Builder)
Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering
disebut soda abu yang berbentuk bubuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi
meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam campuran tidak boleh
terlalu banyak karena menimbulkan efek samping, yaitu dapat mengakibatkan rasa
panas di tangan pada saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lain adalah STTP
(sodium tripoly phosphate) yang mempunyai efek samping yang positif, yaitu
dapat menyuburkan tanaman. Dalam kenyataannya, ada beberapa konsumen yanhg
menyiramkan air bekas cucian produk deterjen tertentu ke tanaman dan hasilnya
lebih subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yang merupakan salah satu
unsur dalam jenis pupuk tertentu.
Builder dapat meningkatkan efisiensi surfaktan. Builder digunakan
untuk melunakkan air sadah dengan cara mengikat mineral-mineral yang terlarut,
sehingga surfaktan dapat berkonsentrasi pada fungsinya. Selain itu, builder
juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar proses pembersihan
dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan dan mensuspensikan
kotoran yang telah lepas.
Yang sering digunakan sebagai builder adalah senyawa kompleks
fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium silikat atau zeolit.
Pertimbangan banyak busa adalah pertimbangan salah kaprah tapi selalu dianut
oleh banyak konsumen. Banyaknya busa tidak berkaitan secara signifikan dengan
daya bersih deterjen, kecuali deterjen yang digunakan untuk proses pencucian
dengan air yang jumlahnya sedikit (misalnya pada pencucian karpet). Untuk
kebanyakan kegunaan di rumah tangga, misalnya pencucian dengan jumlah air yang
berlimpah, busa tidak memiliki peran yang penting.
Dalam pencucian dalam jumlah air yang sedikit, busa sangat penting
karena dalam pencucian dengan sedikit air, busa akan berperan untuk tetap
“memegang” partikel yang telah dilepas dari kain yang dicuci, dengan demikian
mencegah mengendapnya kembali kotoran tersebut. Revolusi terbesar dalam
perkembangan deterjen adalah pemakaian enzim. Enzim sebagai bantuan untuk
mencuci bukanlah suatu hal yang baru lagi untuk dunia industri. Enzim proteolik
telah dicoba sebagai zat aditif untuk mencuci di Jerman pada tahun 1920-an
dengan sukses dan juga di Switzerland pada tahun 1930-an. Enzim, yang disebut juga
dengan katalis organik, cenderung untuk mempercepat reaksi dan enzim
proteolitik dapat mengubah ataupun menghancurkan protein menjadi asam amino
baik sebagian maupun keseluruhan.
Cara kerja enzim relatif lambat dan harga produksinya tinggi,
tetapi dengan metode yang telah disempurnakan untuk produksi dan pemurnian,
rantai enzim, dikembangkan untuk bereaksi dengan cepat. Dalam perkembangannya,
deterjen pun makin canggih. Deterjen masa kini biasanya mengandung pemutih,
pencerah warna, bahkan antiredeposisi (NaCMC atau sodium
carboxymethylcellulose).
5.
Bahan
Tambahan (Aditif)
Bahan aditif sebenarnya tidak harus ada dalam proses pembuatan
deterjen bubuk. Namun demikian, beberapa produsen justru selalu mencari hal-hal
baru akan bahan ini karena justru bahan ini dapat memberi kekhususan dan nilai
lebih pada produk deterjen tersebut. Additives adalah bahan suplemen / tambahan
untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih,
pewarna, dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives
ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax,
Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
Dengan demikian, keberadaan bahan aditif dapat mengangkat nilai
jual produk deterjen bubuk tersebut. Salah satu contoh dari bahan aditif adalah
carboxyl methyl cellulose (CMC). Bahan ini berbentuk serbuk putih dan berfungsi
untuk mencegah kembalinya kotoran ke pakaian sehingga disebut “antiredeposisi”.
Selain CMC, masih banyak macam dari bahan aditif ini, tetapi pada umumnya
merupakan rahasia dari tiap-tiap perusahaan. Ini sebenarnya merupakan tantangan
bagi pelaku wirausaha untuk selalu mencari bahan aditif ini sehingga produk
deterjen bubuk mempunyai nilai lebih dan berdaya saing tinggi.
FIX WASH
Cleaning Chemical Solution
PT. PANJER BALI JAYA
Jalan Tk. Pancoran IV Blok I No 12
Denpasar - Bali - Indonesia
www.fix-wash.com